Oleh: Basyir Tuhepaly
(Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Maluku)
Ambon, iNewsUtama.com – Musyawarah Wilayah (Muswil) Pemuda Muhammadiyah Maluku yang seharusnya menjadi ajang konsolidasi ideologis, evaluasi gerakan, dan regenerasi kepemimpinan justru meninggalkan kegelisahan mendalam bagi sejumlah kader muda Muhammadiyah.
Salah satunya datang dari Basyir Tuhepaly, kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku, yang menyampaikan kekecewaannya melalui sebuah tulisan reflektif berjudul "Narasi Intelektual: Kekecewaan Seorang Kader". Dalam tulisan tersebut, ia mengkritisi jalannya Muswil yang dinilai tidak mencerminkan semangat demokrasi substantif.
"Muswil ini bukan lagi menjadi ruang adu gagasan dan kontestasi visi, tetapi justru menampilkan wajah transaksional kekuasaan dan manuver elit yang mencederai etika persyarikatan," tulis Basyir.
Ia menilai, nilai-nilai luhur Muhammadiyah seperti kejujuran, keikhlasan, dan kepemimpinan yang melayani telah tergantikan oleh kepentingan pragmatis dan perebutan kekuasaan yang elitis.
"Saya kecewa, bukan karena kandidat saya tidak terpilih, tapi karena prosesnya yang sarat manipulasi dan manuver senior yang lebih sibuk membangun jejaring kekuasaan ketimbang membina kader,” tambahnya.
Menurut Basyir, Pemuda Muhammadiyah saat ini tidak kekurangan kader cerdas, tetapi justru kekurangan ruang sehat yang mampu melahirkan kepemimpinan kolektif yang jujur dan berintegritas. Ia menyesalkan proses kaderisasi yang selama ini dibangun dengan serius, justru dikalahkan oleh pendekatan nepotisme dan kedekatan pribadi.
“Apa gunanya kaderisasi berjenjang jika akhirnya yang menentukan adalah siapa dekat siapa, bukan siapa mampu apa?” ujarnya tajam.
Lebih jauh, ia menyebut kondisi ini sebagai bentuk degradasi nilai dan menyuarakan agar kekecewaan tersebut dijadikan momentum refleksi bersama bagi seluruh keluarga besar Muhammadiyah.
“Kami butuh keberanian moral untuk mengembalikan Pemuda Muhammadiyah ke khittah-nya—sebagai kawah candradimuka lahirnya negarawan muda yang jujur, progresif, dan berkeadaban,” tegas Basyir.
Sebagai kader IMM, ia menyatakan komitmen untuk terus menjaga semangat kritis demi perbaikan gerakan. Kritik ini, menurutnya, lahir dari cinta yang tidak membisu terhadap Muhammadiyah.
Pernyataan ini menjadi alarm penting bagi internal organisasi agar tidak abai terhadap proses regenerasi dan demokratisasi yang menjadi jati diri gerakan Pemuda Muhammadiyah. (Reporter Inewsutama.com)